Hari ini diawali dengan bangun untuk sholat subuh. Setelah ambil wudhu, teringat bahwa hari ini mba nindi ulang taun, drpd tar malem kelupaan, mendingan ucapin sekarang, mumpung uda cuci muka. ;)
Setelah sholat, iseng liat-liat hp, sampai kurang lebih 30 menit dan saya pun memutuskan untuk kembali tidur. Bangun, seperti biasa antara pukul 07.30 – 08.00, langsung ke kamar mandi dan ternyata pembuktian sebagai perempuan pun kembali menampakkan dirinya. Saya pun mulai mempersiapkan diri untuk sakit yang akan dirasakan sambil berusaha untuk tetap tenang. Tenang sedang coba saya lakukan ketika sedang mengalami masa ini karena bulan lalu, saya merasakan sakit yang luar biasa, sebenernya setiap bulan juga sakit, saya ke dokter. Dokter yang saya kunjungi bulan lalu adalah dokter kedua. Setiap ke dokter, pertanyaan pertama yang diajukan adalah, “sudah menikah?”, dan jawaban saya sampai bulan lalu adalah, “belum, dok”. Ternyata sakit seperti ini nantinya akan hilang dengan sendirinya setelah menikah. Alasannya sederhana, menikah akan membuat lebih tenang.
Membahas masalah menikah, saya saat ini memang sedang menunggu pangeran saya datang. Memang, sudah pernah ada yang ingin serius dan mengajak saya menikah, tetapi saya belum atau bahkan tidak yakin untuk menyerahkan seluruh sisa hidup saya bersama satu diantara mereka. Saya meyakini bahwa ketika pangeran saya datang, yaa keyakinan itupun turut datang bersamaan dengan hadirnya dia atau tidak lama setelah kehadirannya. Saya memutuskan untuk pasif dalam pencarian pangeran saya. Tidak berusaha untuk mendekati berbagai macam lelaki yang sekiranya saya sukai apalagi menyatakan cinta. Saya hanya akan menunggu, karena menurut saya sang pangeran lah yang akan bertanggung jawab atas hidup saya dan anak-anak kami kelak, maka saya membebaskan pangeran saya itu untuk mendatangi saya ketika ia telah siap sepenuhnya. Memang kesiapan perlu dibangun, tetapi rasanya jika dia berani menyatakan cinta apalagi melamar saya, saya bisa mengartikan bahwa ia siap untuk bertanggung jawab.
Ketika kelak ada seorang laki-laki yang mendatangi saya, saya akan menyatakan 3 hal untuk menanggapi pernyataan cintanya, namun hal ini hanya akan saya sampaikan jika saya pun memiliki rasa yang sama. Ketiga hal itu adalah saya ingin menikah, saya butuh seorang imam, dan saya menginginkan komunikasi setiap harinya. Setelah saya mengungkapkannya, saya akan kembalikan kepada laki-laki tersebut. Jika ia pun memiliki tujuan atau keinginan yang sama, maka hubungan akan dimulai. Tetapi jika tidak, dengan sangat menyesal dan mungkin kesedihan yang dalam, hubungan saya dengan lelaki tersebut tidak bisa dimulai.
Saat ini memang di dalam pikiran saya hanya ada satu orang laki-laki. Namun hingga kini kami belum saling bicara mengenai perasaan kami. Kami kenal sekitar 2 tahun lalu. Keadaan saat itu dan saat ini berubah demikian pula dengannya. Sempat saya menganggapnya hanya masa lalu saya ketika dia menghilang kurang lebih 1 tahun. Namun ia datang kembali dengan kesan yang baik dan saya pun kembali penasaran. Saya tidak bisa menyimpulkan bahwa rasa yang saya miliki ini adalah rasa suka apalagi sayang. Saya sempat berpikir, Tuhan mengirimnya kembali karena mungkin saya belum ikhlas melepas kepergiannya, tetapi setelah saya merasa ikhlas, dia tetap datang. Saya yakin kedatangannya atas izin Tuhan dan Tuhan memiliki rencana. Saya memang belum tau apa rencana tersebut, tetapi yang pasti baik dan terbaik untuk saya dan dia, atau mungkin kami.
Terkadang saya memang berpikir, apakah jika kami menjalani hubungan akan berjalan baik, mengingat latar belakang, pola pikir, dan kepribadian kami yang ‘sepertinya’ sulit untuk berjalan beriringan. Tetapi saat ini saya tetap membuka diri saya untuk lelaki lain, tidak terpaku dengan dia seorang. Tentunya saya pun menginginkan yang terbaik tidak hanya untuk saya, tetapi untuk dia juga.
Dan saat ini, saya merindukannya. :)