Mungkin memang ...

Posted by Sofia On Saturday, April 13, 2013 0 comments

Mungkin memang ini terlalu memaksakan. Saya menjalaninya hanya bermodalkan rasa yang masih tersisa dan keinginan untuk mengetahui rencana Tuhan atas izinnya untuk saya menjalani ini. Beberapa kali mungkin saya diingatkan, tetapi saya mengabaikan peringatan itu. Menganggap bahwa pada akhirnya saya akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan.
Mungkin memang saya masih perlu belajar dalam menghadapi orang lain. Luka yang saya miliki tidak seharusnya memengaruhi hubungan saya dengan orang lain. Yaa, mungkin tidak adil bagi orang tersebut jika harus memberikan empatinya bagi saya atas pengalaman pribadi saya.
Mungkin memang saya ....

dan pada akhirnya ...

Posted by Sofia On Monday, July 23, 2012 0 comments


Beberapa waktu terakhir ini sempat terlintas kalimat mengenai cinta: “kenapa harus merasa tersakiti/sedih/emosi negatif lain serta merasa menjadi ‘korban’, sementara cinta merupakan emosi positif? Seharusnya hanya emosi positif yang terpancar, seperti senang, nyaman, bahagia, ketika kita merasa bahwa kita layak menggunakan kata ‘cinta’  atas apa yang kita rasakan. Apakah karena rasa cinta yang kita miliki merupakan cinta yang bersyarat, cinta yang membutuhkan alasan, cinta yang ketulusannya perlu dipertanyakan, atau karena sebab lain yang tidak bisa dikontrol oleh manusia?”
Kemudian saya pun teringat kisah hidup saya yang belum lama terjadi:
“kurang lebih satu bulan lalu kami kembali bertemu setelah kami memutuskan untuk berpisah sekitar 5 tahun lalu. Berawal dari kisah hidup teman, saya mengajak dia untuk menemani saya berempati terhadap teman kami tersebut. Ia menyetujui dan bertemulah kami. Banyak cerita yang kami bagi sepanjang siang hingga sore. Ketika malam tiba, saya ingin sekali menyampaikan cerita yang sebelumnya saya simpan sendiri meski cerita ini berhubungan dengannya. Kami saling bertukar cerita dan pada akhirnya ia meminta izin kepada saya untuk melakukan sebuah sentuhan. Saya mengizinkannya dengan bahasa tubuh saya dan sejak saat itu saya merasa kami kembali mengizinkan diri kami untuk mengekspresikan rasa dan pikiran yang terjeda selama kami tidak bertemu. Sungguh pedih saya rasakan, ketika saya menyadari bahwa sentuhan tersebut mungkin merupakan sentuhan terakhir yang dapat saya rasakan, sebuah sentuhan hangat. Hari berganti dan saya masih merasakan kepedihan yang sama. Tak terduga oleh saya bahwa ia akan menyapa saya kembali. Rasa senang, pedih, tragis, ironis, bercampur dalam diri saya. Setelah hari itu, kami saling menyapa meski saya mengontrol rasa yang saya miliki semampu saya.  Dari sekian rasa, rasa takut yang tertinggal dalam hati ini. Bukan ketulusan lagi yang saya takuti darinya, tetapi takut terhadap masa depan dari hubungan yang mungkin secara tidak kami sadari kembali terjalin. Kekhawatiran saya ini beberapa kali saya utarakan kepadanya, meski tanggapannya justru membuat saya semakin takut bahwa hubungan ini memang tidak memiliki masa depan dan mungkin menjalaninya hanyalah sebuah jalan untuk mengisi kekosongan hingga pada akhirnya waktu tak lagi mengizinkan kami untuk bersama. Setiap kami berpisah setelah bertemu, saya selalu memprediksi bahwa mungkin pertemuan ini merupakan akhir kisah dan rasa ini pun selalu diiringi ketidaknyamanan yang besar saat memikirkannya. Tetapi ternyata, dia masih juga datang menyapa.”
Terkadang saya merasa bersalah atas terjadinya kisah ini. Jika saya tidak mengungkapkan kisah yang saya pendam, mungkin cerita ini tidak perlu ada dan kami akan tetap menjadi teman baik. Dengan berjalannya kembali kisah ini, maka kami telah merusak prinsip yang kami punya dan kami harus siap dengan perpisahan yang mungkin akan kembali terjadi. Berencana akan masa depan yang indah pun, jujur, saya tidak berani. Ingin sekali saya memikirkan masa depan yang tidak hanya melibatkan hubungan ini tetapi juga diri saya dan dirinya. Tetapi, saya belum sanggup, jika pada akhirnya akan ada pihak yang harus tersakiti dari hubungan ini, ia terutama, karena saya tidak bisa mengontrol dan mengetahui apa yang ia rasakan dan pikirkan.
Ingin rasanya ada sesuatu yang jelas dari hubungan ini, bukan status, tetapi lebih dari itu. Saya khawatir kami hanya menjalani sesuatu yang tidak ada tujuan dan bisa membuat kami berhenti sejenak dalam menjalani kehidupan karena ada arah yang hilang pada salah satu aspek dalam kehidupan kami. Dan, tidak memiliki arah yang jelas merupakan hal yang sangat saya hindari dan tidak pernah terpikirkan akan terjadi pada diri saya. Cinta merupakan rasa yang indah dan hidup ini singkat dan hanya sekali, namun mengapa rasanya bergitu sulit.
Sudah sekian hari kami tidak berkomunikasi. Jika ini merupakan akhir, oleh karena masing-masing dari kami berhenti untuk terlibat dalam hubungan ini, maka di satu sisi, ada sebuah kelegaan semu karena saya merasa kami (saya) tidak perlu menyatakan dan mengekspresikan kepedihan kami di depan masing-masing dari kami karena kebersamaan kami yang terenggut. Di sisi lain, kehampaan hadir disertai kepedihan karena ternyata kisah kami (saya) sungguh tragis. Cinta yang seharusnya indah dan hidup singkat yang hanya dapat dijalani satu kali harus direlakan untuk pergi. Intinya, kepedihan akan terasa (kembali, bahkan jauh lebih parah), perbedaannya hanyalah pada pengekspresiannya yang apakah akan diketahui olehnya atau tidak.
Dan pada akhirnya, saya tidak bisa memaksanya untuk tetap bersama dan memilih saya serta berkorban demi kebahagiaan saya. Ia adalah manusia yang berhak untuk menjalani kehidupan yang diinginkannya dan memilih jalan yang ingin ia tempuh.
Meski hingga kini, saya pikir, ia masih memilih untuk tetap bersama saya. Apapun yang terjadi, setidaknya saya pernah merasakan kebahagiaan saat saya bersamanya.
Tuhan, hanya Engkau yang tahu bagaimana dan kapan kisah ini akan berujung. Kami layak bahagia, Tuhan, bersama atau dengan cara kami masing-masing.

Bring Me Back to my Black or White World

Posted by Sofia On Friday, June 22, 2012 0 comments

No, I can't be with him. I realize that what I've been in wrong path. I know that it's not supposed to be like this. I dare myself to define "comfortable", what kind of that condition exactly? Am I sure that it's not just the game of my perception, game of my imagination, or game of feeling? If that's just a game, so it can be created by human, by me. It's not kind of natural thing that maybe every person in this world has they own definition. Yes, it's subjective matter. I prefer to consider that condition like a game of my mind. You feel comfort simply because you choose to feel that comfortness. If you choose otherwise and decide to feel uncomfort, you can't feel that comfortable condition. Maybe it's back to what you decide to feel and to think. You are a controller of your mind and feeling. So, I think I don't have any privilage to blaming other for what my mind think and my heart feel. The one and only you can blame is just your self.
I know, it's difficult, at least for me. Based on my point of view, I created my feeling and what I feel now is just my game. Dear God, what should I do? I'm on the edge of my need. I don't wanna live in grey area, let me out of this and bring me to black or white world that I used to live. I don't wanna lose him, but will our relationship still be good? Oh God, I don't even have any power to imagine that thing. I wanna keep my people in my life, always in my life. They help me to be me.. God, please make it easier.

Nothing Last Forever

Posted by Sofia On Monday, June 18, 2012 0 comments

180612 was one of my unforgettable moment. That's the moment of truth, moment that we can talk everything we feel and we think.
I don't know exactly what i feel, love or something like that. The one that I'm surely know is just I still care about you. I always enjoy our moment and always don't wanna "wake up" from my imagination. I consider that our moment is only exist in my imagination, situation and everything happen in our time is always great moment that I dont think that is real.
Last night, we talk much about our life. Yes, I really happy we can share our feeling and mind. You said that you stop smoking for about 1 year when we separated, you still has that feeling and maybe will always remembering our moment, and you want to take me out and take me far far away which is I also want it too, I really want. But, I don't even like to talk 'but', we are in differend road. I guess, that the one and only our problem. I always feel negative emotion like sad and simply ask 'why' when I remembering that road, surely. Until now, I'm not regret for everything we did.

If that's the last time we can do that, of course I will always memorizing that time. We hug each other and if you realize, I always want to be like that, hugging everytime we want. And I don't know what will happen to us after last night, I'm so afraid to imagine, to think about. God, please make it easier for me.

For me, it's hard, really hard when I realize our condition from 5 / 6 years ago. Hope it's not for you..

and then, where will we go?

Posted by Sofia On Tuesday, June 12, 2012 0 comments

Menghadapi berita dan cerita di hari ini mengingatkan saya bahwa "life is too short". Do you have anything you want to do before your life is over? I just sitting in my bed while writing down this words. I don't know what I have to do now except thinking to say thank you and apologize to my people before my time is up and the game is over.

My One True Friend

Posted by Sofia On 0 comments

And now, is it too late to say? How you made my life so different in your quiet way. I can see the joy in simple things. A sunlit sky and all the songs we used to sing.
I have walked and I have I prayed. I could forgive and we could start again. In the end, you are my one true friend.
For all, all the times you closed your eyes. Allowing me to stumble or to be surprised. By life, with all its twists and turns. I made mistakes, you always knew that I would learn.
And when I left, it's you who stayed. You always knew that I'd come home again. In the end, you are my one true friend
Though love may break, it never dies. It changes shape, through changing eyes.What I denied, I now can see. You always were the light inside of me.

by: Bette Midler

please, make it easy

Posted by Sofia On 0 comments

Mendengar kabar, ayah seorang teman meninggal. Mungkin memang bukan saya yang berada dalam posisi ditinggal, tetapi saya bisa membayangkan bagaimana kacaunya perasaan dia. Saya pun ingin meluapkan perasaan saya, tapi rasanya kok saya bukan orang yang pantas untuk meluapkan perasaan.
Jujur, hanya ketidaktenangan yang saat ini saya rasakan. Saya ingin tahu bagaimana dia, tapi saya juga harus mengerti kacaunya perasaan dia saat ini. Tuhan, buatlah kejadian ini lebih mudah dilalui, bantu saya mengatasi ketidaktenangan ini.
Mungkin perasaan ini adalah akumulasi dari semua perasaan sedih yang saya alami beberapa bulan terakhir. Saya akui bahwa saya merasa sangat bahagia menjalani kehidupan saya beberapa bulan terakhir ini, namun saya pun tidak bisa membohongi diri bahwa ada kekurangan signifikan dalam kehidupan saya dan saya harus berjuang untuk menghadapinya. Terkadang, hal ini mudah untuk dihadapi, tapi tidak jarang hal ini sangat sulit untuk dihadapi.
Melalui tulisan ini, saya setidaknya bisa meluapkan perasaan saya, kegelisahan dan kecemasan saya terhadap teman saya. Dan sebagai teman, saya harus bisa membantu dia melalui masa sulit ini, dengan, setidaknya, saya tidak menjadi orang yang salah dalam menempatkan emosi saat berhadapan dengan dia.