Entah sampai kapan hati & pikiran ini akan terus membayangkan, memikirkan, merasakan semua kejadian yang pernah diukir, dijalani bersama dalam suka & duka.
Berlebihan mungkin, but that’s what I feel.
Ketika itu, sekitar awal Juni, saya bertemu dengan seorang karyawan baru yang akan saya support. Kesan pertama, orang ini cukup percaya diri & tanpa canggung sedikitpun mengajak berkenalan, bertanya mengenai pekerjaan, & mengajak makan siang. Meja kami memang berdekatan, maka mungkin itu juga yang mendekatkan & memudahkan kami untuk saling diskusi atau sekedar ngobrol. Dia yang lebih sering menyambangi meja saya, duduk di kardus yang ada di sebelah meja saya. Dia adalah wanita yang saya anggap tidak hanya sebagai teman, kakak, tetapi juga sebagai ibu, HWR.
Seiring berjalannya waktu, kami semakin dekat, banyak suka yang kami jalani. Tertawa bersama, bercanda hal-hal yang tidak penting, bergosip, makan siang, belanja, dan saling berbagi hal yang ingin kami bagi. Duka yang kami jalani bukan berasal dari pertemanan kami, tetapi dari pekerjaan yang dilakoni. Yaah, namanya juga budak korporat.
Tibalah saatnya saya meyakini bahwa keluar dari perusahaan ini adalah yang terbaik buat saya. Ada beberapa pergolakan batin memang yang membuat saya merasa tidak nyaman menjadi karyawan di perusahaan yang sudah sangat membantu saya berkembang, tetapi nyatanya ketidaknyamanan ini cukup menjadi kendala/penghalang.
Dia adalah orang pertama yang saya ajak bicara mengenai hal ini. Memang saya tidak menceritakan pergolakan batin yang saya rasakan, agaknya kurang penting untuk diketahui olehnya. Reaksi yang saya dapati ketika itu adalah dia sangat mendukung, dia menguatkan saya bahwa saya akan mampu menjalani pilihan yang saya pilih untuk melanjutkan kehidupan saya. Sungguh, semangat & dukungan yang dia berikan sangat berarti.
31 May 2011, genap setahun saya berada di perusahaan ini. Hari ini juga menjadi hari terakhir saya bekerja. Tidak ada rasa sedih sebelumnya, karena saya pikir, inilah yang sudah menjadi keputusan saya. Teman saya yang lain, sudah sering mengatakan, “be strong, sof”. Saya hanya menanggapi dengan senyuman. Dia pikir mungkin saya akan sangat sedih menghadapi hari ini. Tapi menurut saya, emosi tidak bisa di prediksi, apakah saya akan nangis Bombay atau akan tertawa kegirangan ketika saya menghadapi hari ini.
Selain saya, ada 2 orang juga yang akan meninggalkan perusahaan ini. Saya baru tahu, karyawan yang akan resign, diadakan ceremony untuk mengantarkan kepergiannya. Saya & dua teman saya tsb diberikan kado kenang-kenangan. Sungguh saya merasa sangat di apresiasi & bahagia karenanya.
Setelah acara tersebut selesai, ada sesi saling menyalami. Saya selalu mengatakan terima kasih & memberikan senyum hormat saya kepada setiap orang yang menyalami & mendoakan saya. Tibalah giliran, teman yang selama 7 bulan ini saya support. Ia tidak mengatakan apapun, dia hanya tersenyum & memeluk saya. Tanpa jeda sedikitpun, saya langsung menitikkan air mata, mencoba menahan sekuat tenaga agar air mata itu tidak terus mengalir. Jujur, saya paling tidak tahan dipeluk seseorang yang saya sayang & hargai, apalagi dalam keadaan sedih seperti kemarin. Sekuat tenaga saya tahan, pasti akan terjatuh air tersebut tanpa direncanakan.
Selesai acara, bunda saya hadir. Kebetulan dia terpilih menjadi peserta untuk sebuah kompetisi yang diadakan perusahaan saya. Dia hadir, saya hanya memeluk seadanya, saya berhasil menahan air mata, karena kami tidak pernah merasakan sedih selama berteman, selalu senang, maka mungkin saya berhasil menahan air mata tersebut.
Dalam perjalanan pulang, bunda membuat tweet-tweet #memory atas semua hal yang pernah kami jalani bersama. Membacanya di dalam taksi dengan alunan music pilihan saya, & suasana sudah malam, membuat saya tak kuasa menahan air mata. Air mata terus mengalir karena merasa ada teman yang berarti buat saya & dia mampu mengingat semua hal-hal khusus & special yang sudah kami jalani. Saya sedih karena saya akan kehilangan & mungkin tidak bisa merasakan & mengulang semua kejadian tersebut bersamanya. Ditambah pernyataan teman saya, “iya sof, kalo lo gak ada, kaya dulu lo ke kampus, dia ada aja kegiatannya, baca komik-lah. Gw ajak makan, dia malah bilang mau baca komik. Kynya hubungan lo sama bundo udah kuat banget.” Kurang lebih, dia bicara begitu. *menulis paragraph ini pun membuat mata saya berkaca-kaca.
Semoga kami bisa meneruskan pertemanan ini sampai seumur hidup kami. Mungkin memang tidak akan lagi ada hari-hari yang akan kami habiskan bersama, tidak akan ada lagi kata-kata, “duh, kepalaku cenat-cenut nih”, “ihh, kurang banget anak ini”, “kita mau makan dimana?". Tidak akan saya rasakan lagi pelukan & sentuhan tangan seorang Bunda yang sebelumnya bisa saya rasakan 5 hari dalam seminggu.
Semoga kami bisa meneruskan pertemanan ini sampai seumur hidup kami. Mungkin memang tidak akan lagi ada hari-hari yang akan kami habiskan bersama, tidak akan ada lagi kata-kata, “duh, kepalaku cenat-cenut nih”, “ihh, kurang banget anak ini”, “kita mau makan dimana?". Tidak akan saya rasakan lagi pelukan & sentuhan tangan seorang Bunda yang sebelumnya bisa saya rasakan 5 hari dalam seminggu.
*akhirnya, air mata saya pun tumpah lagi
Nampaknya tulisan ini sudah tidak bisa diteruskan. Life must go on. Let the memories lives in my heart & my mind. I never forget your warm hug & your beautiful quote.
LOVE YOU, BUNDA. I WILL BE MISSED YOU.. :)
0 comments:
Post a Comment