"Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka; tetapi kerap kali kita menatap begitu lama pada pintu yang tertutup sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka untuk kita." (Hellen Keler)
Saya termasuk orang yang bisa dikatakan tidak pernah ‘move on’. Memang saya tidak tahu pasti konteks ‘move on’ yang sering digunakan masyarakat muda Jakarta.
Menurut saya, ‘move on’ adalah sebuah usaha keras untuk bisa ‘melupakan’ seseorang atau sesuatu yang dianggap memberikan efek yang kurang menyenangkan.
Yaa, mungkin juga definisi itu salah. Tapi yang jelas saya tidak pernah berusaha untuk melupakan seseorang yang pernah mampir di hidup saya. Mereka berhak untuk datang ataupun pergi. Kitalah yang mengontrol perasaan apa yang ingin kita timbulkan dengan mampirnya dia di kehidupan kita. Kita boleh menolaknya untuk hadir, tetapi menurut saya hal itu merupakan pengekangan kebebasan seseorang untuk ber-silaturahim .
Tujuan mereka datang belum pasti untuk kembali menyatakan cinta atau menginginkan kembalinya cinta dari kita. Tetapi mungkin hanya sekedar bentuk penyesalan yang diwujudkan dengan menjalin hubungan baik atau memang betul-betul ingin menjalin hubungan baik dengan kita.
Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan dan merasa mampu menerka apa tujuan dia. Jangan juga berusaha untuk mengontrol dia tetapi saya lebih memilih untuk mengontrol perasaan saya.
Tepat rasanya jika saya mengusahakan diri saya untuk selalu berada di pusat roda.
0 comments:
Post a Comment